Epidemiologi Stroke di Indonesia
Oleh : Laili Maulida & Baginda Azis
28 Juli 2020
1. Identifikasi stroke
Stroke adalah sindroma klinis yang berkembang cepat akibat gangguan otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa ada penyebab lain yang jelas selain kelainan vascular (WHO,2006).
Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak akut fokal maupun global, akibat terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan atau sumbatan dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang terkena dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, atau kematian (junaidi,2011).
Epidemiologi Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau perempuan, tua atau muda. Diperkirakan satu sampai tiga orang akan mengalami stroke dan satu dari tujuh orang meninggal karena stroke. Insiden stroke timbul bervariasi, tergantung tempat atau negara, waktu, serta penderitanya. Insiden stroke di negara berkembang masih meningkat sedangkan di negara maju cenderung menurun. Penurunan ini mungkin disebabkan karena manajemen hipertensi, penyakit jantung dan penyakit metabolik di negara maju telah makin baik. Memang sebagian besar dari kasus stroke dapat diakatakan merupakan bukti kegagalan pengobatan hipertensi, penyakit jantung, dan penyakit metabolik.
2. Epidemiologi stroke
Berdasarkan WHO, stroke merupakan penyakit dengan angka kematian tertinggi kedua di dunia, dan ketiga dalam menyebabkan kecacatan. Berdasarkan laporan pola penyebab kematian di Indonesia dari analisis data kematian 2010, penyebab kematian tertinggi adalah stroke, sebesar 17,7%.
Setiap tahun, 15 juta orang di dunia menderita stroke. Dari 15 juta orang tersebut, 5 juta orang meninggal, dan 5 juta orang lainnya mengalami kecacatan permanen. Stroke jarang ditemukan pada orang di bawah 40 tahun. 70% kasus stroke ditemukan di negara dengan penghasilan rendah dan menengah, 87% kematian akibat stroke juga ditemukan pada negara-negara tersebut. Sedangkan pada negara dengan penghasilan tinggi, insidensi stroke telah berkurang sebanyak 42% dalam beberapa dekade terakhir.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2013 oleh Kementrian Kesehatan RI, 7% atau sebesar 1.236.825 orang menderita stroke. Jawa Barat merupakan provinsi dengan angka kejadian stroke terbanyak di Indonesia, yaitu sebesar 238.001 orang, atau 7,4% dari jumlah penduduknya. Selain itu, penderita ditemukan paling banyak pada kelompok umur 55-64 tahun. Laki-laki juga lebih banyak mengidap stroke di Indonesia dibandingkan perempuan. Menurut Sample Registration System (SRS) Indonesia 2014, Stroke merupakan penyakit yang paling banyak diderita, yaitu sebesar 21,1%.
3. Gejala stroke
Gejala stroke dapat berbeda pada tiap penderitanya, tetapi gejala yang paling sering dijumpai adalah:
· Tungkai mati rasa
· Bicara menjadi kacau
· Wajah terlihat menurun
Penyebab stroke sangat bervariasi, mulai dari gumpalan darah pada pembuluh darah di otak, tekanan darah tinggi, hingga pengaruh obat-obatan pengencer darah. Stroke sangat berisiko dialami penderita tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, berat badan berlebih, dan diabetes. Risiko yang sama juga dapat terjadi pada orang yang kurang olahraga, serta memiliki kebiasaan mengonsumsi alkohol dan merokok.
4. Jenis stroke
a. Stroke iskemik
Dari semua jenis stroke yang ada, jenis ini adalah jenis yang paling banyak dialami. Stroke jenis ini terjadi ketika pembuluh arteri yang tersambung ke otak mengalami penyumbatan atau menyempit. Akibatnya, pasokan darah menuju ke otak menjadi berkurang (iskemia). Stroke iskemik dibagi menjadi dua jenis:
• Stroke trombotik
Jenis stroke ini terjadi ketika terdapat bekuan darah di salah satu pembuluh arteri yang memasok darah ke otak Anda. Bekuan darah tersebut terbentuk akibat adanya timbunan lemak atau plak yang menumpuk di pembuluh arteri. Hal ini menyebabkan aliran darah ke otak berkurang (aterosklerosis).
• Stroke emboli
Jenis stroke ini terjadi ketika bekuan darah terbentuk di organ tubuh yang letaknya jauh dari otak Anda, biasanya dalam organ hati. Jenis bekuan darah ini disebut dengan istilah embolus.
b. Stroke hemoragik
Jenis stroke ini dapat terjadi bila pembuluh darah yang ada dalam otak bocor atau pecah. Hal ini disebabkan oleh beberapa kondisi, seperti tekanan darah tinggi (hipertensi) dan adanya titik-titik lemah pada dinding pembuluh darah (aneurisma). Pecahnya arteriovenous malformation (AVM), pembuluh darah berdinding tipis, juga turut menjadi penyebab dari stroke hemoragik, meskipun hal ini jarang terjadi. Jenis stroke ini dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain:
• Pendarahan intraserebral
Pembuluh darah yang ada di otak pecah dan kemudian darah tersebut tumpah ke dalam jaringan otak yang berada di sekitarnya. Hal ini dapat merusak sel-sel otak. Pendarahan intraserebral dapat terjadi bila Anda memiliki tekanan darah tinggi, luka berat, kelainan pada pembuluh darah, dan menggunakan obat pengencer darah.
• Pendarahan subarachnoid
Pembuluh darah yang berada pada atau dekat permukaan otak pecah dan kemudian darah tersebut tumpah ke dalam ruang yang berada di antara permukaan otak dan tengkorak Anda. Setelah terjadi pendarahan, pembuluh darah yang ada di otak akan melebar dan menyempit tak menentu (vasospasme). Hal ini menyebabkan sel-sel yang ada pada otak rusak dan aliran darah menuju otak ikut berkurang. Ketika Anda mengalami hal ini, biasanya Anda akan mengalami sakit kepala parah.
c. Transient Ischemic Attack (TIA)
Transient Ischemic Attack (TIA) disebut juga dengan istilah ministroke. Serangan ini terjadi akibat suplai darah menuju otak berkurang akibat pembuluh darah tersumbat. Biasanya hal ini hanya terjadi selama kurang dari lima menit dan bersifat sementara. Namun, bila Anda telah mengalami hal ini, itu berarti Anda berisiko besar mengalami kerusakan otak permanen.
5. Faktor Risiko Stroke
Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko stroke. Selain stroke, faktor risiko di bawah ini juga dapat meningkatkan risiko serangan jantung. Faktor-faktor tersebut meliputi:
a. Faktor kesehatan, yang meliputi:
· Hipertensi.
· Diabetes.
· Kolesterol tinggi.
· Obesitas.
· Penyakit jantung, seperti gagal jantung, penyakit jantung bawaan, infeksi jantung, atau aritmia.
· Sleep apnea.
· Pernah mengalami TIA atau serangan jantung sebelumnya.
b. Faktor gaya hidup, yang meliputi:
· Merokok.
· Kurang olahraga atau aktivitas fisik.
· Konsumsi obat-obatan terlarang.
· Kecanduan alkohol.
c. Faktor lain yang berhubungan dengan risiko stroke, antara lain:
· Faktor keturunan. Jika anggota keluarga pernah mengalami stroke, maka risiko terkena stroke juga semakin tinggi.
· Usia. Dengan bertambahnya usia, seseorang memiliki risiko stroke lebih tinggi dibandingkan orang yang lebih muda.
6. Pencegahan stroke
Ini 5 cara mencegah stroke yang bisa dilakukan sesegera mungkin:
1. Pertahankan tekanan darah stabil
Tekanan darah stabil sebaiknya berkisar antara 135/85. Mengingat tekanan darah tinggi merupakan faktor yang memicu stroke, pastikan kamu menjaga tekanan darah. Cara yang bisa dilakukan seperti mengurangi konsumsi garam kurang dari 1,500 mg per hari, hindari makanan tinggi kolesterol, serta makan sayur dan buah.
2. Berolahraga
Dengan rajin berolahraga, kamu bisa menjaga kestabilan darah sekaligus mencapai berat badan ideal. Lakukan olahraga dengan intensitas sedang setidaknya 5 kali dalam sepekan.
3. Obati diabetes
Memiliki gula darah tinggi lambat laun dapat merusak pembuluh darah. Jika dibiarkan, hal ini juga bisa memberi ruang bagi penyumbatan darah.
4. Berhenti merokok
Merokok mempercepat penyumbatan darah lewat beberapa cara. Mulai dari mengentalkan darah, meningkatkan penumpukan plak di pembuluh darah, dan lainnya. Berhenti merokok adalah salah satu perubahan gaya hidup yang paling signifikan untuk mencegah stroke.
5. Kurangi berat badan
Bagi yang rentan mengalami obesitas, komplikasi penyakit sangat mungkin terjadi. Untuk mewujudkannya, konsumsi kurang dari 2,000 kalori per hari, tergantung pada aktivitas.
7. Distribusi penyakit
Penyakit stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan kronik yang paling tinggi pada kelompok umur diatas usia 45 tahun terbanyak di Indonesia. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi determinan utama yang berhubungan dengan penyakit stroke pada masyarakat di kelurahan Kebon Kalapa Bogor. Analisis lanjut terhadap 1.912 responden subset baseline data penelitian “Studi Kohort Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular” Data dikumpulkan dengan metode wawancara pada penduduk tetap di kelurahan Kebon Kalapa, Kecamatan Bogor Tengah, Bogor tahun 2012.
Diagnosis stroke berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan dokter spesialis syaraf. Variabel independen meliputi karakteristik sosiodemografi, status kesehatan dan perilaku berisiko. Data dianalisis dengan uji regresi logistik ganda. Penyakit stroke ditemukan pada 49 (2,6%) orang. Determinan utama stroke meliputi hipertensi (OR = 4,20; IK 95% = 2,20 – 8,03), penyakit jantung koroner (OR = 2,74; IK 95% = 1,51 – 4,99), diabetes melitus (OR = 2,89; IK 95% = 1,47 – 5,64), dan status ekonomi miskin (OR = 1,83 ; IK 95% = 1,03 – 3,33). Pencegahan penyakit stroke dilakukan dengan peningkatan edukasi (kampanye/penyuluhan) melalui pengendalian faktor risiko utama yaitu hipertensi dan pencegahan terjadinya penyakit degeneratif lain yaitu penyakit jantung koroner dan diabetes melitus.
8. Pengobatan stroke
Penanganan khusus terhadap pasien stroke dilakukan oleh dokter saraf tergantung pada jenis stroke yang dialami pasien, apakah stroke disebabkan gumpalan darah yang menghambat aliran darah ke otak (stroke iskemik) atau disebabkan perdarahan di dalam atau di sekitar otak (stroke hemoragik).
Pengobatan stroke iskemik. Penanganan awal stroke iskemik akan berfokus untuk menjaga jalan napas, mengontrol tekanan darah, dan mengembalikan aliran darah. Penanganan tersebut dapat dilakukan dengan cara:
Penyuntikkan rtPA. Penyuntikan rtPA (recombinant tissue plasminogen activator) melalui infus dilakukan untuk mengembalikan aliran darah. Namun, tidak semua pasien dapat menerima pengobatan ini. Dokter akan menentukan apakah pasien merupakan kandidat yang tepat untuk diberikan rtPA.
Obat antiplatelet. Untuk mencegah pembekuan darah, digunakan obat antiplatelet, seperti aspirin.
Obat antikoagulan. Untuk mencegah pembekuan darah, pasien dapat diberikan obat-obatan antikoagulan, seperti heparin, yang bekerja dengan cara mengubah komposisi faktor pembekuan dalam darah. Obat antikoagulan biasanya diberikan pada penderita stroke dengan gangguan irama jantung.
Obat antihipertensi. Pada penderita stroke baru, biasanya tekanan darah tidak diturunkan terlalu rendah untuk menjaga suplai darah ke otak. Namun, setelah keadaan stabil tekanan darah akan diturunkan ke level optimal. Obat hipertensi juga digunakan untuk mencegah stroke berulang, mengingat hipertensi merupakan faktor risiko terbanyak penyebab stroke. Contoh obat hipertensi adalah obat penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE inhibitor), obat penghambat alfa dan beta (alpha- dan beta-blocker), diuretik thiazide, dan obat antagonis kalsium (calcium channel blocker).
Statin. Dokter akan memberikan obat kolesterol golongan statin, seperti atorvastatin, untuk mengatasi kolesterol tinggi. Statin berguna untuk menghambat enzim penghasil kolesterol di dalam organ hati.
Endarterektomi karotis. Terkadang operasi diperlukan untuk mencegah berulangnya stroke iskemik, salah satunya adalah endarterektomi karotis. Melalui prosedur ini, tumpukan lemak yang menghambat arteri karotis dibuang oleh dokter dengan sebuah pembedahan di leher pasien. Arteri katoris merupakan arteri yang terdapat di setiap sisi leher yang menuju ke otak. Meski efektivitas operasi endarterektomi karotis dalam mencegah stroke iskemik cukup tinggi, namun prosedur ini tidak sepenuhnya aman dilakukan pada pasien yang juga menderita kondisi lainnya, terutama penyakit jantung.
Angioplasti. Selain endarterektomi karotis, arteri karotis juga dapat dilebarkan dengan teknik angioplasti. Angioplasti dilakukan melalui kateter yang dimasukkan melalui pembuluh darah di pangkal paha untuk selanjutnya diarahkan ke arteri karotis. Kateter ini membawa sebuah balon khusus dan stent. Setelah berada dalam arteri karotis, balon digelembungkan untuk memperluas arteri yang tersumbat lalu disangga dengan ring atau stent.
Pengobatan stroke hemoragik. Pada kasus stroke hemoragik, penanganan awal bertujuan untuk mengurangi tekanan pada otak dan mengontrol perdarahan. Ada beberapa bentuk pengobatan terhadap stroke hemoragik, antara lain:
Obat-obatan. Dokter dapat memberikan obat untuk menurunkan tekanan di otak, menurunkan tekanan darah, dan mencegah kejang. Jika pasien mengonsumsi obat antikoagulan atau antiplatelet, dokter akan memberikan transfusi faktor pembekuan atau obat-obatan untuk membalik efek obat pengencer darah tersebut.
Operasi. Selain dengan obat, stroke hemoragik juga bisa ditangani dengan operasi. Operasi dilakukan untuk mengurangi tekanan dalam otak, dan bila memungkinkan memperbaiki pembuluh darah yang pecah
Pengobatan TIA (Transient Ischemic Attack). Pengobatan TIA bertujuan untuk mengendalikan faktor risiko yang dapat memicu timbulnya stroke, sehingga dapat mencegah stroke. Dokter akan memberikan obat yang meliputi obat antiplatelet atau obat antikoagulan, obat kolesterol, serta obat antihipertensi, tergantung dari faktor risiko yang dimiliki pasien. Dalam beberapa kasus, prosedur operasi endarterektomi karotis diperlukan jika terdapat penumpukan lemak pada arteri karotis.
9. Kompilkasi stroke
Stroke dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi, dan sebagian besar komplikasi tersebut berakibat fatal. Beberapa jenis komplikasi yang mungkin muncul, antara lain:
Deep vein thrombosis. Sebagian orang akan mengalami penggumpalan darah di tungkai yang mengalami kelumpuhan. Kondisi tersebut dikenal sebagai deep vein thrombosis. Kondisi ini terjadi akibat terhentinya gerakan otot tungkai, sehingga aliran di dalam pembuluh darah vena tungkai terganggu. Hal ini meningkatkan risiko untuk terjadinya penggumpalan darah. Deep vein thrombosis dapat diobati dengan obat antikoagulan.
Sebagian pengidap stroke hemoragik dapat mengalami hidrosefalus, yaitu menumpuknya cairan otak di dalam rongga jauh di dalam otak (ventrikel). Dokter bedah saraf akan memasang sebuah selang ke dalam otak untuk membuang cairan yang menumpuk tersebut.
Kerusakan yang disebabkan oleh stroke dapat mengganggu refleks menelan, akibatnya makanan dan minuman berisiko masuk ke dalam saluran pernapasan. Masalah dalam menelan tersebut dikenal sebagai disfagia. Disfagia dapat menyebabkan pneumonia aspirasi.
10. Cara penanggulangan kanker paru
Kanker paru-paru dapat dicegah dengan menghindari faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko munculnya kanker ini. Cara yang dapat dilakukan adalah:
a. Jangan merokok, berhentilah merokok, dan hindari asap rokok. Ini merupakan cara utama untuk mencegah kanker paru-paru.
b. Gunakan alat pelindung diri di tempat kerja yang banyak paparan bahan kimia berbahaya.
c. Lakukan pemeriksaan secara rutin, terutama bila Anda memiliki riwayat merokok atau bekerja di lingkungan yang tinggi paparan bahan kimia.
d. Perbanyak konsumsi buah dan sayur, serta hindari mengonsumsi suplemen vitamin dalam dosis besar.
e. Lakukan olahraga secara teratur selama 30 menit tiap harinya.
Referensi:
Stroke, World Heart Federation [database on the Internet].
Supriyantoro. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013. In: Indonesia KKR, editor. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2014.
Pinzon Rizaldy, Asanti L. Awas STROKE pengertian, gejala, tindakan, perawatan, dan pencegahan. Yogyakarta: Penerbit Andi; 2010.
Dourman K. Waspadai Stroke Usia Muda. Jakarta: Cerdas Sehat; 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar